Pertemuan budaya antara Tiongkok dan India dimulai dari perjalanan suci biksu Tang San Zang (Hsuan Tsang) di abad ke-6 masehi. Perjalanan suci sang biksu untuk menemukan kitab Sutra Bhudda ini dikemudian hari dikenal dengan Perjalanan Ke Barat, dimana dikisahkan biksu Tang San Zang dalam perjalananannya itu didampingi siluman kera batu Sun Wu Kong (Sun Go Kong), siluman babi Zhu Bajie (Chu Pat Kai), dan siluman air Sha Wujing (Wu Ching).

Pada masa itu, Dinasti Tang mengirim diplomatnya ke India sebanyak dua kali dibawah pimpinan Wang Xuance. Di tahun 648, pada misinya yang kedua, Wang Xuance gagal bertemu dengan kaisar India Harshavardhana, karena di India terjadi pemberontakan di bawah pimpinan Arunasva yang berhasil menggulingkah tahta Harshavardhana dan membunuhnya.

Jendral Bhima menyelamatkan Wang Xuance dan keduanya memulai perjalanan ke Tiongkok untuk meminta bantuan Dinasti Tang dengan membawa berbagai macam upeti berisi barang-barang berharga. Sayangnya perjalanan itu kandas di Gunung Kunlun. Jendral Bhima secara misterius hilang bersama dengan pasukan dan upeti di tengah badai salju. Sementara itu, Wang Xuance akhirnya berhasil melarikan diri ke Tibet dan kemudian menghimpun lebih dari 7,000 infanteri Nepal dan 1,200 infanteri Tibet dan menyerang India.

Suatu hari seorang profesor muda yang cantik dari India, Ashmita (Disha Patani), yang bekerja di Musium Nasional Rajasthan mendapatkan sebuah peta kuno yang diyakini ditulis sendiri oleh Jendral Bhima pada saat kritis menjelang ajalnya. Dalam upaya memecahkan rahasia yang tersembunyi dari peta itu dan menemukan kembali upeti berharga yang hilang bersama Jendral Bhima, Ashmita meminta bantuan profesor arkeologi Jack (Jackie Chan) yang bekerja di Musium Pasukan Terakota.

Prof Ashmita mengajak kerjasama prof Jack, karena prof Jack adalah prof akeologi terkenal di Tiongkok yang berhasil melakukan terobosan baru dalam pemulihan warna artefak kuno. Prof Ashmita berharap, keahlian prof Jack itu berguna dalam membaca peta yang sudah ratusan tahun umurnya itu. Dalam upaya meyakinkan prof Jack, prof Ashmita mengatakan bahwa kerjasama mereka berdua akan meningkatkan kerjasama dalam penelitian arkeologi antara Tiongkok dan India, sebagaimana tertuang dalam kata-kata bijak "Satu Sabuk Satu Jalan (One Belt One Road / OBOR)".

Dibantu oleh beberapa asisten prof Jack, Zu Xiaoguang (Lay Zhang), dan Nuomin (Miya Muqi), asisten prof Ashmita, Kyra (Amyra Dastur) serta anak teman Jack bernama Jones Lee (Aarif Rahman) yang ahli dalam memburu harta terpendam mereka memulai perjalanan mencari harta karun peninggalan Jendral Bhima yang terpendam di bawah danau beku di Tibet. Sementara itu, Randal (Sonu Sood), salah seorang keturunan pemberontak Arunasva merasa berhak atas harta karun tersebut. Randal menyewa pasukan bayaran mencoba menguasai harta karun itu.

Terjadilah pertarungan seru antara kedua tim. Secara diam-diam, Jones mengambil sebuah berlian besar dari gua lalu melarikan diri meninggalkan Jack dan timnya terperangkap di dalam gua.

Dengan menggunakan teknik pernafasan Yoga, Jack dan Ashmita berhasil meloloskan diri dan membebaskan yang lainnya. Usai meloloskan diri, Ashmita dan Kyra kembali ke India, sedangkan Jack, Xiaoguang dan Nuomin berangkat menuju Dubai, memburu berlian curian Jones yang akan dilelang.

Dengan seorang kawan Jack yang kaya raya di Dubai, Jack berhasil memenangkan pelelangan itu, tetapi Randal dan para pengikutnya muncul secara tiba-tiba dan mencoba merebut berlian tersebut. Terjadi kejar-mengejar dengan mobil berkecapatan tinggi di jalanan Dubai diantara keduanya. Akhirnya berlian tersebut jatuh ke tangan Ashmita. Jack melacak keberadaan Ashmita dan menemukan fakta bahwa ternyata Ashmita bukan hanya seorang profesor arkeologi, melainkan juga keturunan termuda dari kerajaan Magadha. Ashmita juga menjelaskan bahwa berlian tersebut juga dikenal sebagai "mata siwa" dalam keluarga kerajaan Magadha, yang dipercaya turun temurun sebagai faktor penting dalam menemukan harta karun kerajaan yang tersembunyi di sebuah kuil di India. Ashmita meminta Jack untuk membantunya menemukan harta karun itu dan melindunginya dari tangan yang salah.

Artefak berlian itu ternyata adalah bagian dari tongkat kerajaan yang berfungsi sebagai kunci untuk membuka sebuah ruang peta yang dibangun dengan menggunakan prindip-prinsip yang terdapat dalam kitab Sutra Bhudda dan hanya dapat dibuka pada periode astronomi tertentu. Randall menculik Jack dan Ashmita, memaksa mereka untuk menemukan harta karun Magadha yang diyakininya adalah hak kaluarga Randall. Bersama-sama, mereka memasuki ruang peta yang berisi teka-teki, dimana salah langkah berujung kematian.

Teka-teki itu menuntun mereka menemukan sebuah kuil Siwa di bawah tanah yang terletak di dekat sebuah air terjun di wilayah terpencil. Randall memerintahkan anak buahnya untuk mencari harta karun di kuil itu akan tetapi tidak menemukannya. Yang mereka temukan justru sekumpulan pengetahuan kuno mengenai obat-obatan, teknik bangunan, agama budha, dan berbagai pengetahuan kuno lainnya. Merasa kecera, Randall berusaha menghancurkan berbagai peninggalan kuno itu. Jack, Ashmita dan timnya mencoba menghalangi upaya Randal terjadilah pertempuran seru antara kedua tim.

Dengan menggunakan prinsip-prinsip ajaran yoga dan kungfu, Jack meyakinkan Randall akan pentingnya temuan ini. Sementara itu, sekelompok Sannyasis(?) turun ke kuil suci itu. Mensyukuri keindahan kuil, mereka mulai bernyanyi dan menari dalam sukacita. Kelompok yang sedang bertarung, menyadari kepicikan mereka, berhenti saling menyerang dan bergabung dengan para penari dalam kegembiraan.

Kesan paling kuat dari film ini adalah kemiripannya dengan film Indiana Jones. Mulai dari tokoh utamanya yang merupakan seorang arkeolog, plotnya yang berisi pencarian harta karun, hingga latarnya yang mengambil reruntuhan bangunan bersejarah. Hal lain yang cukup menonjol adalah unsur homurnya yang lebih kental, serta pertarungan bela diri jarak dekat ala Wing Chun.

Film ini disambut baik di Tiongkok, bahkan masuk dalam jajaran box office. Akan tetapi sambutan publik India kurang begitu menggembirakan. Salah satu media di India menyebutkan, bahwa meskipun judulnya Kung Fu Yoga, namun tidak ada unsur Yoga dalam film tersebut. Para kritikus India juga menyebutkan bahwa dalam film mengandung banyak stereotipe mengenai orang India. Sekalipun demikian, film ini banyak membuka wawasan kita mengenai budaya Tiongkok dan India.

Trailer Kung Fu Yoga (2017)


Nonton Kung Fu Yoga (2017)